Tak bisa terlelap membuat otak
berpikir, walaupun malam semakin larut tapi tak membuat pikiran melambung jauh.
Otak memikirkan sahabat dekatnya yang selalu menjadi pertimbangan ketika dia
harus mengolah data tentang kehidupan. Ya hati, hati yang menjadi penentram si
pemilik hati itu sendiri. Hanya sebentar saja, otak terkapar tak sanggup loading untuk
mencari tahu hakikat hati. Karena gumpalan daging ini tertaburi debu-debu rahasia
yang tak dapat di jamah oleh otakku. Dalam hembusan nafas yang panjang akhirnya
ku putuskan untuk meminta kepada pemilik hati.
Ya Allah…
Jika boleh hamba meminta, hamba ingin
hati ini tidak di bolak-balikkan. Bukan karena tidak menerima garis takdir tapi hamba hanya ingin ketika hati ini di
arahkan ke depan wajah-Mu yang begitu mendamaikan, hamba tidak ingin
membelakangi- Mu lagi. Karena kedamaian itu tidak ku dapatkan dari manusia atau
ciptaan-Mu yang lain.
Ya Allah…
Jika boleh hamba meminta, jauhkan hati
hamba dari risau galau yang menerkam. Bukan karena saya tidak bisa
memeliharanya tapi hamba terkadang sulit memahami keinginan hati sendiri. Dia terkadang
liar, merangkum semua emosi sehingga ku
merasa menjadi manusia berhati tapi berhati batu yang sulit ku jinakkan.
Ya Allah
Jika boleh hamba meminta, jadikanlah
hati hamba hati yang setia. Setia hanya pada-Mu seumur hidupku. Jangan biarkan
hati hamba berkiblat pada yang lain cukuplah kebesaranMu menjadi dambaanku.
Buatlah penilain manusia itu ku lupakan, karena yang terpenting adalah
penilain-Mu tentangku. Tentang semua baik buruk yang kulihat, kudengar,
kusentuh, dan yang kulakukan.
Ya Allah…
Sebenarnya hamba malu untuk meminta
terus, tapi keadaan ini benar-benar menyiksa. Kalau boleh, bolehkah hamba
meminta Engkau menghadiahkanku kado hati yang baik yang bisa ku pakai setiap waktu. Bukan karena saya
tidak mau berusaha mendapatkan hati
baik, hanya saja saya sudah lupa bagaimana caranya menjadi orang yang baik hati.
Ya Allah …
Jika boleh hamba meminta lagi, apakah
bisa kau tarik saja musuh hati yang terbuat dari api yang selalu mencari cela
dari kelengahan hati ini? Bukan karena hamba tidak mau hidup berdampingan
dengannya tapi kehadirannya terkadang meluluhlantakkan hati hamba,
mencabik-cabik dan mengikis iman yang ku tanam dengan susah payah. Dia selalu
menjatuhkan hatiku dalam maksiat, bahkan dalam ibadah sekali pun ia tetap
tembus seperti air yang merambat ke segala arah. Keistiqomahan yang ku idamkan
sebagai muslimah hampir menjadi harapan saja karena godaanya yang ingin
mengajakku untuk mengumbar aurat yang menjadi mahkota keperempuananku.
Ya Allah…
Mungkin semua permintaanku tak masuk
akal dan menggambarkan orang yang putus asa. Terserahlah, yang saya tahu Engkau
lah tempatku meminta segala sesuatu. Dan permintaanku yang terakhir dengarlah
lirihan hati yang tidak baik ini dan jamahlah ia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan walau setitik tinta