Minggu, 12 Mei 2013

Aku dalam Lingkaran Keduanya (Part 2)



Alasannya klise, karena ikatan ini tak ada dalam agama, jadi kenapa harus merasa memiliki. Dia menguraikannya sebagai orang yang baru dan untuk pertamakalinya jatuh cinta. Ku mengerti, karena dia belum paham betul tentang rasa dan ini pengalaman pertamanya. Akhirnya kuberjalan diatas dua roda. Inilah yang kumaksud tidak mungkin terdapat dua hati dalam satu rongga dada. Tapi nyatanya ada rasa yang sama bahkan terukur rapi. Ada saat satu lebih dari yang satu, tapi itu bergantian, berganti lagi dan terus berganti. Kemudian hati kedua mulai merasa terkoyak, ternyata ini tak selaras dengan yang pernah dilontarkan, terlalu perih, sakit, meremukkan jiwa raga kira-kira itu gambarannya, sering berakhir tapi selalu bisa terjalin lagi, dia begitu kuat. Tapi aku, masih berdiri di tempat yang sama dalam dua hati. Walau kasar mungkin aku bisa dibilang jahannam, yang satu tersakiti sedangkan yang satu terdustai. Ups kejam memang. Sampai akhirnya lelah menghampiri, sampai kapan akan seperti ini? Ya Allah, berikan ketegasan dalam diri agar bisa menentukan yang harus ditentukan.
Hampir setahun berlalu, kondisi itu menggrogotiku. Belum bisa kumaknai rasa yang ada, sebenarnya untuk siapa?.kestiaan itu kini asing bagiku. Tiba-tiba masalah dulu kembali mencuat. Ayah bunda berucap lagi, alangkah baiknya aku tidak dengan yang pertama karena tidak terlalu baik, itu menurutnya. Sedangkan yang kedua aku dikira bergurau, tak serius dan mereka menyodorkan pilihannya. Maaf ayah, bunda bukan aku tak mengini ridhomu, tapi ini hati tak bisa dibentuk sesukanya, dengan tertatih ku jelaskan, kutolak walau dengan samar-samar karena tak berani. Walau sebelumnya sempat ku membuka pintu untuk mencoba namun komunikasi mengisyaratkan aku tak bisa melebur dengannya. Sampai pilihan itu membuyar, dan hanya meninggalkan bayangan terhias torehan kenangan pahit.

Tapi, karena ayah bunda ku kuatkan alasan untuk menyudahi cinta pertamaku. Maaf, sayang harus jalan ini yang kutempuh. Ku tahu kau terluka lagi karena sebab yang tak kau perbuat. Sekarang aku dengannya, hanya dengannya, dengan bayangan yang selalu bersembunyi namun kini telah nyata adanya.
Tanpa ku tahu, tak ada pirasat ternyata kau sempat mengenal yang lain. Dia indah, baik sepertimu. Itu yang kutangkap dari gambarnya ketika kau sempat bercerita. Orang baik untuk yang baik bukan?. Mereka sesara, sekiranya tak akan sulit mencocokkan diri. Dan terpenting rasa itu, ADA, sepertinya. Sesungguhnya ingin ku ikhlaskan, ingin kulihat dia bahagia dalam bahagia yang sebenarnya. Tapi, hati tak rela, tak bisa, haruskah ikhlas ini kupaksakan?. Namun, dia terlalu pandai meyakini, semua baik-baik saja. Ucapannya, Kata-katanya, dan guyonan itu selalu berhasil membuatku menilai hidup jangan dipersulit.
Ku berjalan lagi dengannya, dalam keindahan ikatan jahiliyah seperti itu dia menyebutnya. Namun, mungkin dia tidak tahu bayang-bayang cinta pertama itu sering menghantui tidurku. Belum lagi mereka yang sering menyebut-nyebut namanya. Karena angka 9 terlalu lama dan manis untuk bisa kami tapaki. Kapan aku bisa tak ingat dengannya dengan baik dan benar. Kuatkan aku ya Robb dalam pendirian ini.
Tak adakah lingkaran lain yang bisa mengalihkan perhatianku, selain lingkaran keduanya. Lingkaran keduanya dengan cinta yang sama besar, sama tulus, susah untuk ditimbang. Aku tak ingin bermain dengan perasaan dan aku tak ingin pula perasaan mempermainkanku.
Kala hati dirundung kegalauan, kadang terpikir kubiarkan saja meraka berlalu. Sedangkan ku di sini dengan Robbku, hanya denganNya. Ingin kubiarkan ia dengan perempuan indah itu, dan ia dengan kehidupannya dalam pencarian dan pendakian hidupnya untuk menemukan Robnya. Hingga mereka bahagia tanpa aku.
Karena ku rasa telah banyak waktu kuhabiskan dengan cinta manusia, sedangkan untuk Nya tak begitu. Ingin sepenuhnya pengabdianku kupersembahkan padaNya, untuk cintaNya. Sekaranglah waktunya untuk berbenah, meninggalkan segala keserakahan. Sudah waktunya ku menguatkan diri dalam kesendirian. Menjaga diri, untuk senyum yang akan kau hadiahkan. Menjaga diri, bukan hanya darinya, dari dia tapi juga darimu, sayang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan walau setitik tinta