Hari ini kudapati
suaramu goyah ketika bicara denganku, ku tahu benar nada-nada suara seperti itu
akan keluar ketika kita berusaha menahan tangis. Ku menunduk, tak kuasa ku
menatap wajah bidadari yang penuh cinta itu bersedih. Perlahan, ku beranikan
menatap wajahmu. Dan kutemukan air itu mengembun di mata indahmu. Sekuat hati
kau tahan, sampai suaramu ku dengar semakin samar. Ku tahu, kau tak ingin
menangis dihadapanku. Ku tahu itu.
Ibu, untuk kali
keduanya dalam sejarah hidupku kita bercakap dalam suasana kasih mengasihi
seperti itu. Terakhir seingat ku dulu pernah kau bicara seperti itu bahkan
menangis, saat kau akan meninggalkan aku sejenak dalam pusara sepi karena kau akan
mencari penghidupan yang layak untuk kita, untuk istana mungil kita.
Ibu, aku adalah anak
gadis yang tak banyak bercerita padamu seperti kebanyakan mereka bercerita pada
ibunya tentang sekolah, teman, hobi, bahkan kisah cintanya. Maaf ibu,
pembiasaan itu tak bisa kupaksa karena jarak yang menciptakannnya. Walau ku
tahu, kau pun sebenarnya ingin mendengar cerita, keluh kesah atau pandanganku
tentang kehidupan ini. Dan sejujurnya dari hati nan dalam aku pun ingin begitu.
Amat, teramat sangat ingin. Ingin mendekap dalam pelukan hangatmu, lalu kau
membelai rambutku dengan manja, dengan penuh kasih, dan kuluahkan segala isi
hatiku.
Ibu, hari ini kau keluarkan
isi hatimu tentang mereka yang kau anggap semena-mena menilaiku. Kau membara,
kau tak suka mereka mengatakan aku ini dan itu. Kau keberatan jika mereka
menyepelekanku, kau bersihtegang menentang opini-opini tentangku sebelum mereka
mengenalku. Luar biasa ibu, sedalam inikah cintamu?. Pemikiran yang kau
degupkan lewat suaramu persis dengan alur pikirku. Kepercayaan itu sepenuhnya
kau berikan untukku. Mungkin darimulah ku belajar mendiri, menyelesaikan
masalah tanpa menyangkutpautkan sesiapa.
Ibu, kau paparkan
harapmu tentangku, tentang jodohku kelak. Ternyata selama ini aku sempat salah
mengenalmu. Ternyata kau paham benar tentang rasa yang alami, tentang rasa yang
tak bisa dipaksa dan kau mengasihiku untuk itu.
Ibu, hari ini
benar-benar ku rasa kau manusia terhebat dalam hidupku. Kau benar-benar
mencintaiku, ya benar-benar. Walau kadang senandungmu, pernah membuatku tak
punya daya karena ketajamannya. Namun ibuku tetap ibuku. Dan ku yakin kau
selalu menyelimutiku dengan cinta dan doamu kala ku dekat ataupun jauh.
Ibu, usah sudah kita
memikirkan mereka lagi. Bukankah yang terpenting bagaimana kita di hadapan
Allah?. Terpenting, aku ingin membalas pengorbananmu yang walau tak mungkin. Ibu
akan ku perbuat yang terbaik untukmu, InsyaAllah. Kebaikan untuk dunia dan
akhirat kita.
Ibu, sekarang aku tak
takut, aku kuat karena kau di sampingku dalam kondisi apapun. Kasihmu,
sayangmu, cintamu, tiada tara. Miss you…mom. You are my hero.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan walau setitik tinta