Minggu, 12 Mei 2013

Kau yang Terhebat, IBUKU…



Hari ini kudapati suaramu goyah ketika bicara denganku, ku tahu benar nada-nada suara seperti itu akan keluar ketika kita berusaha menahan tangis. Ku menunduk, tak kuasa ku menatap wajah bidadari yang penuh cinta itu bersedih. Perlahan, ku beranikan menatap wajahmu. Dan kutemukan air itu mengembun di mata indahmu. Sekuat hati kau tahan, sampai suaramu ku dengar semakin samar. Ku tahu, kau tak ingin menangis dihadapanku. Ku tahu itu.
Ibu, untuk kali keduanya dalam sejarah hidupku kita bercakap dalam suasana kasih mengasihi seperti itu. Terakhir seingat ku dulu pernah kau bicara seperti itu bahkan menangis, saat kau akan meninggalkan aku sejenak dalam pusara sepi karena kau akan mencari penghidupan yang layak untuk kita, untuk istana mungil kita.
Ibu, aku adalah anak gadis yang tak banyak bercerita padamu seperti kebanyakan mereka bercerita pada ibunya tentang sekolah, teman, hobi, bahkan kisah cintanya. Maaf ibu, pembiasaan itu tak bisa kupaksa karena jarak yang menciptakannnya. Walau ku tahu, kau pun sebenarnya ingin mendengar cerita, keluh kesah atau pandanganku tentang kehidupan ini. Dan sejujurnya dari hati nan dalam aku pun ingin begitu. Amat, teramat sangat ingin. Ingin mendekap dalam pelukan hangatmu, lalu kau membelai rambutku dengan manja, dengan penuh kasih, dan kuluahkan segala isi hatiku.
Ibu, hari ini kau keluarkan isi hatimu tentang mereka yang kau anggap semena-mena menilaiku. Kau membara, kau tak suka mereka mengatakan aku ini dan itu. Kau keberatan jika mereka menyepelekanku, kau bersihtegang menentang opini-opini tentangku sebelum mereka mengenalku. Luar biasa ibu, sedalam inikah cintamu?. Pemikiran yang kau degupkan lewat suaramu persis dengan alur pikirku. Kepercayaan itu sepenuhnya kau berikan untukku. Mungkin darimulah ku belajar mendiri, menyelesaikan masalah tanpa menyangkutpautkan sesiapa.

Ibu, kau paparkan harapmu tentangku, tentang jodohku kelak. Ternyata selama ini aku sempat salah mengenalmu. Ternyata kau paham benar tentang rasa yang alami, tentang rasa yang tak bisa dipaksa dan kau mengasihiku untuk itu.
Ibu, hari ini benar-benar ku rasa kau manusia terhebat dalam hidupku. Kau benar-benar mencintaiku, ya benar-benar. Walau kadang senandungmu, pernah membuatku tak punya daya karena ketajamannya. Namun ibuku tetap ibuku. Dan ku yakin kau selalu menyelimutiku dengan cinta dan doamu kala ku dekat ataupun jauh.
Ibu, usah sudah kita memikirkan mereka lagi. Bukankah yang terpenting bagaimana kita di hadapan Allah?. Terpenting, aku ingin membalas pengorbananmu yang walau tak mungkin. Ibu akan ku perbuat yang terbaik untukmu, InsyaAllah. Kebaikan untuk dunia dan akhirat kita.
Ibu, sekarang aku tak takut, aku kuat karena kau di sampingku dalam kondisi apapun. Kasihmu, sayangmu, cintamu, tiada tara. Miss you…mom. You are my hero.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan walau setitik tinta