Senin, 29 April 2013

DI UJUNG TAHAJUD


Aku jejaki semua isi bumi. Tak semua dapat ku temui, hanya orang terpilih yang ku kenali.

Ku cari sesuatu yang tak pasti meski jalan tak diridhoi. Walau lelah tapi keindahan membayang dibalik janji.

Sampai suatu waktu ku temukan diriku dalam dirimu, hanya melalui garis cakrawala dan mata langit, hanya melalui pandangan yang bertemu di lingkaran rembulan, hanya malalui semilir angin yang berbisik lirih, sampai akhirnya tak ada sekat yang membatasi, dan kita pun berdiri di belahan bumi yang sama.

Sejarah awal hanya dengan segurat senyum dalam gambar, sesederhana itu kita memulai. Kemudian melebur bersama putihnya salju yang kita buat sendiri, sesekali menyelam dibawahnya mencari air sampai dingin merasuki.

Tak jarang kita meniti dibalik bayangan mentari. Berpeluh itu biasa, tapi mendustai seperti menipu diri itu binasa.

Tak ingin menoreh sedih di lukisan wajah kekasih, ku pilih bersembunyi dari sinar mentari. Ku terlindungi kau senang, tapi sepasang hati lebih mensyukuri. Karena teringini sedari dulu agar buah hati bahagia selalu.

Sekarang aku satu, sedangkan celotehmu selalu menemani. Dengan tinta-tinta Hirobbi, ku rasa lembut kasihmu. Menyentuh relung sanubari, yang tak pernah terabah sebelumnya dengan kehangatan seperti ini.walau suaramu bagai kicauan tapi kedamain selalu terselip diantaranya. Menyelusup masuk bersama nasihat yang menggugah. Hemmm apakah Allah ridho dengan rasa ini? Jika ia, kita akan bertemu dalam balutan ibadah dengan ijabnya. Tapi jika tidak, semoga jiwa ikhlas di awal dhuha lalu lenyap di ujung tahajud.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan walau setitik tinta