Ku
cari sesuatu yang tak pasti meski jalan tak diridhoi. Walau lelah tapi
keindahan membayang dibalik janji.
Sampai
suatu waktu ku temukan diriku dalam dirimu, hanya melalui garis cakrawala dan
mata langit, hanya melalui pandangan yang bertemu di lingkaran rembulan, hanya
malalui semilir angin yang berbisik lirih, sampai akhirnya tak ada sekat yang
membatasi, dan kita pun berdiri di belahan bumi yang sama.
Sejarah
awal hanya dengan segurat senyum dalam gambar, sesederhana itu kita memulai. Kemudian
melebur bersama putihnya salju yang kita buat sendiri, sesekali menyelam
dibawahnya mencari air sampai dingin merasuki.
Tak
jarang kita meniti dibalik bayangan mentari. Berpeluh itu biasa, tapi mendustai
seperti menipu diri itu binasa.
Tak
ingin menoreh sedih di lukisan wajah kekasih, ku pilih bersembunyi dari sinar
mentari. Ku terlindungi kau senang, tapi sepasang hati lebih mensyukuri. Karena
teringini sedari dulu agar buah hati bahagia selalu.
Sekarang
aku satu, sedangkan celotehmu selalu menemani. Dengan tinta-tinta Hirobbi, ku
rasa lembut kasihmu. Menyentuh relung sanubari, yang tak pernah terabah
sebelumnya dengan kehangatan seperti ini.walau suaramu bagai kicauan tapi
kedamain selalu terselip diantaranya. Menyelusup masuk bersama nasihat yang
menggugah. Hemmm apakah Allah ridho dengan rasa ini? Jika ia, kita akan bertemu
dalam balutan ibadah dengan ijabnya. Tapi jika tidak, semoga jiwa ikhlas di
awal dhuha lalu lenyap di ujung tahajud.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan walau setitik tinta