Ayahku
apa khabarmu??? Semoga engkau baik-baik saja, walaupun setiap hari engkau bercucuran keringat dan
menguras tenaga di teriknya matahari untuk anakmu yang belum bisa membuatmu
bangga.
Ayahku tersayang…
Tahukah kau bahwa ku sangat merindukan tawa
dan candamu yang dulu ketika aku masih
kecil dan polos. Tawa dan candamu yang bisa membuatku tak peduli kejamnya dunia
dan apa kata orang. Tawa dan candamu yang begitu manis bahkan sangat manis
sehingga bunda cemburu melihat
kemesraan kita .
Tapi sayang ayahku,itu sudah menjadi
kenangan indah di massa
lalu. Karena sekarang kau dan aku seperti gitar rusak yang tak lagi bisa
memainkan melodi-melodi syahdu yang menggetarkan hati . yang tak lagi bisa
menyanyikan lirik-lirik cinta yang ingin kita senandungkan. Sering ku bertanya
mengapa jadi begini???.
Apakah mungkin itu terjadi karena waktu
yang sempat memisahkan kita.
Karena kau harus pergi jauh untuk memperjuangkan kelangsungan keluarga kita?.
Atau mungkin karena sifat kita yang sama yang tak bisa menunjukkan cinta dengan
kata tapi dengan sikap?. Entahlah ayahku…jawaban mana yang benar. yang jelas
saat ini aku sangat merindukan tawa dan candamu yang manis itu.
Ayahku
tercinta… walaupun sekarang dirimu dingin bagai es tapi aku yakin engkau siap
meleleh untuk menyejukkan hidupku yang gersang di tengah dunia ini. Engkau siap
menghujamkan doa-doamu untuk setiap
detik nafas dan langkah kakiku. Dan engkau siap mengorbankan ragamu yang
semakin rentan untuk masa depanku.
Ayahku
terkasih…walau tak banyak kata yang keluar dari bibirku untukmu. Tapi aku ingin
kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu dan sekali lagi ayah, aku rindu tawa dan
candamu itu amat sangat rindu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tinggalkan walau setitik tinta